Anggapan bahwa politik itu kotor
seringkali didasarkan pada realitas perpolitikan yang selalu menampilkan wajah
buram dan penuh tipu daya. Anggapan ini tidak serta merta dibenarkan begitu
saja. Karena hakekat politik yang sesungguhnya adalah untuk perbaikan bangsa
bukan untuk merusak.
Jika realitas yang terjadi
menunjukkan bahwa politik itu kejam, maka sesungguhnya yang kejam bukanlah
hakekat politik, melainkan aktor-aktor (politisi) didalamnya yang bertindak
kejam dan kotor. Praktik-praktik kotor para politisi itu hampir setiap hari
dapat dilihat melalui berbagi media dengan mudah. Sudah menjadi rahasia umum
pula, setiap pesta demokrasi digelar, praktik kotor politik uang pasti ada.
Realitas perpolitikan yang kotor
ini, disebabkan karena kesalahan dalam memahami hakekat politik. Oleh karena
itu, pengertian tentang hakekat politik yang benar, harus segera
disosialisasikan dan ditekankan kepada masyarakat luas agar kesalahpahaman
tentang hakekat politik bisa segera diluruskan.
Hakekat Politik
Kata “politik” berasal dari bahasa
Yunani “polis” yang berarti “kota”. Yang dimaksud kota disini adalah
negara. Kemudian di dalam teori ilmu politik dikenal istilah city-state
(negara kota). Dari sinilah muncul pengertian awal tentang hakekat politik,
yaitu seni untuk menata dan mengatur negara guna menciptakan kebaikan bersama
warga kota (negara) tersebut.
Selain itu, kata politik juga bisa
dihubungkan dengan kata “polite” yang berarti kesopanan atau kesantunan.
Politik yang sesungguhnya adalah aktivitas yang bepegang teguh pada etika
kesopanan dan sesantunan, dan bukan politik namanya, jika tidak menggunakan
etika kesopanan.
Dalam Islam, terminologi Politik
juga dikenal dengan nama siyasah, yang bermakna mengurusi. Orang yang
terjun didalamnya dan melakukan pengurusan disebut siyasiy (politisi).
Dari sini terlihat bahwa politik berkaitan erat dengan kegiatan pengaturan,
pengurusan, dan pemeliharan berbagai urusan kemasyarakatan. Bila mengacu pada
pengertian ini, jelas sekali politik adalah kegiatan yang mulia bukan aktivitas
kotor.
Dari tiga pengertian diatas, dapat
disimpulkan bahwa, politik adalah aktivitas yang dilakukan dengan landasan
etika kesopanan guna mengatur berbagai urusan kemasyarakat serta memiliki
tujuan terciptanya kebaikan bersama.
Salah Orientasi
Politik, selama ini hanya dimaknai
sebagai sesuatu yang berkaitan dengan kekuasaan (power) saja. Maka tidak
heran jika perilaku politik yang nampak adalah kenyataan bahwa segala sesuatu
menjadi “halal” untuk merebut, menggunakan dan mempertahankan kekuasaan.
Hans J Morgenthau, dalam Political
Among Nations mengungkapkan bahwa politik merupakan perjuangan menuju
kekuasaan. Dalam definisi yang lain juga disebutkan bahwa politik adalah seni
meraih kekuasaan. Pemaknaan politik seperti ini jelas menyesatkan. Karena,
segala sesuatu hanya diarahkan kepada kekuasaan saja (power oriented).
Kesalahan orientasi ini sudah
menjangkit hampi ke semua lapisan politisi, dari yang tua sampai yang muda.
Sekarang ini sangat sulit untuk membedakan antara politisi yang benar dan yang
berpura-pura benar. Hampir tidak ada politisi yang tidak mengorientasikan
aktivitas politiknya untuk merebut kekuasaan.
Power Oriented jelas sekali membuat seseorang
gelap mata. Ia rela melakukan segala hal agar kekuasaan itu dapat diraih. Tidak
peduli harus ditempuh dengan cara apapun. Jika seluruh politisi bertindak
demikian, maka sesungguhnya yang mereka lakukan bukanlah berpolitik, melainkan
saling rebut kekuasaan.
Pendidikan Politik
Agar hakekat politik yang bertujuan
mengatur kehidupan masyarakat tidak kehilangan makna, maka perlu dilakukan
penyadaran kepada seluruh masyarkat sekaligus penyadaran kepada politisi lewat
pendidikan politik. Dalam hal ini partai politik lah yang harus betanggungjawab
untuk menjalankan fungsinya, yaitu menyelenggarakan pendidikan politik kepada
masyarakat.
Pendidikan politik nantinya harus
mampu menciptakan paradigma baru tentang politik yang lebih segar dan
komprehensif. Sehingga anggapan masyarakat tentang politik itu kotor akan
tertepis dengan sendirinya.
Lewat pendidikan politik ini,
diharapkan muncul politisi yang baik, bermoral luhur, serta memiliki keberanian
yang tinggi dalam memperjuangkan dan mewujudkan ide-ide bagi terciptanya
kebaikan masyarakat.
Untuk itulah dibutuhkan orang-orang
baik untuk terjun dalam dunia politik. Dengan harapan orang-orang baik itu
mampu mengimbangi kekuatan-keuatan orang jahat yang selama ini berkuasa di
dunia politik. Akan tetapi, jika kaum yang bermoral justru menjauhi dunia
politik dan ikut-ikutan menyatakan bahwa politik itu kotor, maka orang-orang
jahat akan semakin bahagia, karena dengan leluasa mereka bisa melakukan
berbagai tindak kejahatan.
Anggapan bahwa politik itu kotor
disebabkan oleh kenyataan di dunia politik yang dipenuhi oleh orang-orang jahat
yang berpolapikir kotor. Namun, pada hakekatnya politik itu adalah sebuah
aktivitas yang luhur. Oleh sebab itu, untuk menjernihkan hakekat politik,
orang-orang yang baik harus disadarkan dan dimobilisir untuk masuk kedalam
dunia politik. Keberadaanya harus bisa menjadi kompetitor bagi orang –orang
jahat. Wallahu a’lam bi al-shawab.
Oleh: Misbahul Ulum
(Tulisan ini dimuat pada Koran Wawasan, 22 September 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar